Saturday, February 22, 2014

My perspective of Love

(picture source : premiumtimesng.com )
 Ketika kita menyukai seseorang, kita menyukainya dengan alasan karena dia rupawan, karena dia dermawan, kaena dia baik, dan sebagainya, Karena seperti itulah rasa suka itu. Kita tertarik dengan salah satu aspek dari seseorang atau bahkan sesuatu yang sesuai dengan selera kita. Ketika kita mencintai seseorang, kita kadang tidak tau apa alasan dan apa dasarnya kita mencintai orang tersebut. Yang kita tau adalah, setiap kali kita dekat atau bersama atau bahkan melihat orang itu, there will be a butterfly in our belly, akan ada rasa sangat senang dan bahagia yang entah mengapa. Kita hanya tau kalau kita mencintainya, karena begitulah cinta itu. Seperti kalau kita ditanya mengapa kita mencintai orangtua kita? sahabat kita? atau bahkan Tuhan kita. Kita hanya bisa menjawab ya karena mereka orang tua kita atau sahabat kita, atau karena Dia Tuhan. Bukan sebuah alasan spesifik mengapa. 

Kita sering mengklaim bahwa diri kita dikecawakan oleh cinta. Bahwa cinta telah membuat kita bodoh dan buta dan akhirnya menyakiti kita. Bahwa kita telah berkorban banyak bagi orang yang kita cintai tetapi dia menyakiti kita. Tetapi terkadang, kita hanya tidak bisa membedakan antara cinta, suka, dan nafsu semata. 
(picutre source : www.wikihow.com )


Ketika kita mencintai seseorang, kita tidak hanya menyukai salah satu atau beberapa aspek dari seseorang, Kita mencintai seluruh aspek kehidupannya, baik buruknya itu. That what love is, apa adanya. Ketika kita mencintai seseorang, kita tidak hanya mencintai kelebihannya, tapi juga kekurangannya. We love the whole package of theirself. Suka itu menginginkan / menerima seseorang karena salah satu atau beberapa aspek dari dirinya, sedangkan cinta menginginkan dan menerima seseorang karena orang itu adalah dirinya. 
Lalu, apakah cinta itu dapat pudar? In my opinion, seharusnya tidak kalau cinta itu menerima apa adanya. Tidak ada alasan cinta itu dapat pudar. Karena mencintai itu artinya mau, siap, dan mampu menerima seseorang itu apa adanya, baik buruknya. Jika nanti dalam proses menjadi cinta keburukan seseorang akhirnya terungkap, bukankah kita mencintai dia termasuk kekurangannya juga? Berbeda dengan rasa suka yang tergantung selera sehingga bisa berganti dan memudar. Kamu menyukainya karena dia baik. Setelah kamu melihat dia berbuat jahat, pandangan tentang dirinya yang baik akan memudar dan mempengaruhi rasa suka terhadapnya karena ia tidak lagi sesuai seleramu. Cinta itu tidak bisa pudar, rasa suka yang memudar. 
(picture source : www.profmuluka.com )
Bila ada orang yang mengklaim bahwa dulu dia pernah mencintai seseorang namun rasa cinta itu telah memudar, sepertinya itu adalah suka dan bukan cinta. Jika dia kemudian merasa bahwa cinta yang dia rasakan berkali-kali memudar, mungkin dia tidak mampu untuk mencinta. 
Kita memang tidak mampu membedakan cinta dan suka sampai kita merasakannya. Sampai kita diuji mampukah kita menerima keburukan seseorang. Kalau kita bertahan, itulah cinta. Kalau tidak, berarti itu hanyalah suka yang berilusi seperti cinta. 

Bagaimanapun juga, mencintai itu tidaklah mudah, karena itu adalah kemampuan, mungkin tidak semua orang memilikinya. Bukan tidak bisa, tapi mungkin mereka salah mempersepsikan cinta dengan suka. Mencintai itu memang sulit. Tapi itulah yang membuat mencintai itu pada akhirnya indah dan orang yang mampu mencintai akhirnya bahagia. 

:):):)

(Picture source : iheartinspiration.com)




No comments:

Post a Comment