Sunday, April 27, 2014

The (un)Common Courtesy

(Picture Source : http://www.anakvidoran.com/nominasi-vidoran-photo-contest-pemenang-pilihan-juri-5/)

Pernah nggak pas lo pengen ngelakuin sesuatu yang lo anggap baik, tapi lo dihalangi dengan rasa "ngga enak" lo. Ngga enak dianggap sok pahlawan, nggak enak dianggap sok baik, nggak enak dianggap sok kenal, nggak enak dianggap meremehkan orang lain dan lain sebagainya. Gue sering... sering banget ngalamin itu. Bahkan, sering ketika setelah melakukan sebuah kebaikan gue mikir-mikir lagi dan akhirnya gue merasa malu dengan perbuatan yang gue lakukan. Kesannya gue terlalu naif atau terlalu lebay. 

Di gereja gue, ada seorang bapak-bapak. Pertama-tamanya ngeliat dia, bapak tersebut terlihat lusuh dengan rambut gondrong yang agak acak-acakan, jaket belel yang bolong-bolong, pokoknya kelihatan seperti orang yang homeless. Tiap kali gue mengikuti Misa, Bapak ini juga hadir megikuti Misa. Selalu duduk di kursi paling belakang. Gue nggak tau bapak ini siapa, beneran homeless apa engga. Tapi dari penampilannya gue langsung menyimpulkan bahwa ya dia semacam itulah (yaampun gue jahat banget). Gue pengen samperin, ngajak ngobrol gitu supaya dia nggak ngerasa sendiri dan diacuhkan... Sebenernya gue juga pernah pengen ngasih baju bekas gue gitu-gitu karena gue kasian liat bajunya yang lusuh. Tapi gue mengurungkan niat gue. Ya itu... karena rasa "nggak enak" gue. ah nggak enak dianggap lebay, ato sok perhatian, sok baik, sok sosial, sok lain-lain. 
Belakangan ini, gue ngeliat bapak ini jauh lebih rapi... Bahkan rapi banget menghadiri Misa. Brewoknya udah di shave, rambut gondrongnya udah diiket kebelakang, dan kayaknya he is wearing brand new jacket that looks real nice on him. Gue kemudian mengambil kesimpulan ada orang baik yang udah notice him dan kemudian membantu dia, atau mungkin dia akhirnya dapat rejeki dan finally bisa mengurus dirinya sendiri (maksud gue bukan makan segala macem... maksud gue beli pakaian terus shaving gitu-gitu). Tapi somehow, gue lebih suka dengan spekulasi gue yang pertama. Karena kalo begitu, well... akhirnya ada orang yang berpikiran kayak gue... namun dia berani untuk benar-benar bertindak dan nggak cuma sampai di kasihan atau ingin membantu kayak gue. Dan gue bisa yakin common courtesy and kindness is not dead yet. 
(Picture source : http://mamanyc.net/2014/03/courteous-polite-in-public-common-courtesy-means-moms/)


Gue nggak tau is it just me ato gimana, tapi gue ngerasa perasaan malu untuk nolongin orang, terutama yang kita nggak kenal ini adalah common feeling dan banyak orang yang merasakan hal itu. Mereka sebenernya nggak buta akan sekitarnya, ketika melihat orang-orang yang membutuhkan. Mereka hanya "gue pengen nolongin sih... tapi...malu. Ngga enak ah ntar dianggap begini begitu". Dan menurut gue, hal ini adalah produk dari apa ya... mungkin saking banyaknya orang yang menyalahgunakan kebaikan seseorang untuk melakukan kejahatan akhirnya orang-orang mulai sangsi untuk berbuat baik. Alhasil, kebaikan akhirnya menjadi sebuah hal yang langka dan akhirnya orang malu untuk melakukan hal tersebut karena engga common. 
Hal ini juga berlaku dengan common courtesy. Menyunggingkan senyum kepada orang yang kita tidak kenal itu dianggap aneh, walaupun kadang kita melakukannya hanya untuk being nice or to be polite aja. Sekarang senyum saja ke orang lain ke stranger terutama yang lawan jenis dianggap flirting. Mengucapkan terima kasih kepada doorman yang negbukain kita pintu atau ke mba-mba janitor di toilet mall ato apa itu dianggap "apaan sih lo". Hal ini mungkin karena ya orang ngga lagi bersikap ramah terhadap satu sama lain ketika berpapasan. Orang ngga lagi ada perasaan terima kasih kepada orang yang sudah membukakan pintu untuk dia... ato yang menjaga toilet supaya pas kita masuk itu bisa bersih dan nyaman. Hal-hal ini sudah nggak sering dilakukan oleh kita, makanya jika ada seseorang yang melakukan hal tersebut itu dianggap aneh atau lebay atau bahkan unik. 

(Picture Source : http://fstatuses.com/philosophical-facebook-statuses/633366) 

Kesopanan sekarang telah menjadi aneh dan kebaikan telah dianggap sebagai tameng saja. Banyak orang ingin berbuat baik dengan ikhlas tetapi dianggap orang lain bahwa pasti ada sesuatu di belakangnya. Banyak orang ingin membantu tetapi dikira meremehkan dan karena kasihan saja. Tetapi ya kalo lo pengen berbuat baik, walaupun orang menyangka dan mengatai macam-macam, keep doing it. Katakan permisi ketika mau lewat. Ucapkan terima kasih kepada orang lain atau setidaknya lemparkan senyum kepada orang yang tidak sengaja saling berpapsan mata di jalan walaupun dianggap aneh. Karena believe me or not, it will always make people's day better. Ucapkan terima kasih kepada orang yang memukakan pintu, ucapkan terima kasih pada para janitor, ucapkan terima kasih pada sopir angkot. Karena lo sadar ato engga, mereka telah melakukan sesuatu agak "tanpa pamrih" buat lo.  And let's make UnCommon Courtesy Common again.



No comments:

Post a Comment