Seorang anak kecil jika ditanya apa cita-citanya umumnya menjawab bahwa dia pengen jadi dokter, atau presiden.
Nggak terkecuali gue.
Nggak tau kenapa anak kecil itu suka banget bermimpi suatu hari jadi dokter ato presiden, yang paling mainstream ya. Idealis banget. Haha. Kemudian yang menempati posisi popularitas selanjutnya adalah jadi arsitek, astronaut, dan sebagainya.
Seiring dengan bertambahnya usia, cita-cita anak anak ini mulai berubah. Mungkin karena udah mulai "melihat dunia" kali ya (bahasa gue -_-"). Tidak terkecuali juga gue.
Cita-cita gue mulai berubah semenjak gue SMP. Ceritanya udah mulai menemukan diri dan mulai kritis dan realistis. Gue nggak lagi pengen menjadi seorang dokter. Hal ini disebabkan karena gue males sekolahnya kelamaan. Gue menyaksikan sendiri dengan mata kaki gue perjuangan kedua kakak gue meraih sarjana kedokteran, kemudian dilantik jadi dokter, udah gitu PTT, terus ngambil PPDS (buat jadi spesialis) dan seterusnya. Nyokap gue juga yang walaupun udah sub spesialis, masih aja belajar buat ujian sertifikasi inilah itulah dan sebaginya. Ditambah, gue nggak kuat ngelihat buku-buku di perpustakaan di rumah, kebanyakan buku kedokteran tentunya, yang tebalnya bisa dipake buat ngelempar maling dan berbahasa latin.
Pergantian cita-cita pertama gue itu dimulai waktu cici (kakak cewek) gue langganan majalah mengenai interior rumah. At that point, gue pengen jadi design interior karena gue pengen ngatur-ngatur interior rumah.
Saat kelas 2 SMP gue diutus mengikuti lomba jurnalis. Karena gue juara, gue dikasih kesempatan magang jadi jurnalis cilik, dan nulis berita buat sebuah koran lokal di daerah gue. Pada titik ini, gue pengen banget besar nanti gue jadi seorang jurnalis. Tapi cita-cita ini nggak bertahan lama.
Datang mengganti keinginan buat jadi graphic designer. Ini karena ada sodara cici ipar gue yang baru lulus kuliah, dan dia ngambil jurusan desaign grafis. Berhubung gue besarnya di kampung yang perguruan tingginya cuma ada jurusan-jurusan yang mainstream, menurut gue jadi graphic designer itu keren.
Keinginan ini ngebuat gue jadi suka belajar tentang fotografi, edit foto, dan sebagainya. Gue mulai sering beli buku mengenai edit foto dan mulai mengaplikasikannya di rumah. Waktu luang gue pun sering gue abisin di depan komputer, belajar buat ngedit foto.
Kelas 3 SMP, gue disuruh ikut lomba debat tingkat kota. Lomba debat ini yang ngadain sebuah LSM lingkungan hidup. Temanya juga mengenai lingkungan hidup. Pada tahap ini, gue tiba-tiba menjadi seorang pecinta lingkungan dan akhirnya bercita-cita suatu saat nanti gue harus jadi aktivis lingkungan. Well, gue emang nggak melanjutkan cita-cita gue yang satu ini. Tapi sampai sekarang karena ini, gue jadi terbiasa "mencintai" lingkungan gue dengan melakukan hal yang paling sederhana, buang sampah pada tempatnya.
Waktu gue SMA, gue diikut sertakan dalam banyak lomba. Ada 2 yang tingkat nasional, sisanya tingkat provinsi atau cuma sampe kota.
Tapi yang mempengaruhi cita-cita gue ada beberapa.
Yang pertama adalah pada kelas 1 SMA gue diikutsertakan dalam lomba Cerdas Cermat Undang-Undang Dasar. Hal ini membuat gue bercita-cita untuk lolos tingkat nasional dan mengunjungi gedung MPR. Selain itu, gue juga jadi pengen jadi ahli hukum tata negara. Supaya gue bisa lebih memahami mengenai Undang-undang Dasar. Lagi-lagi, gue terpengaruh dengan materi lomba yang gue ikuti.
Kelas 2 SMA, gue diutus dalam lomba debat mengenai APBN. Gue dan tim gue berhasil menjadi wakil provinsi gue di tingkat nasional. Ini membuat gue dan team-mate gue bolak balik ke kantor pajak lah, ke kantor anggaran dan sebagainya buat materi. Pada tahap ini, gue pengen banget bisa masuk STAN dan bekerja untuk Departemen Keuangan (pada saat itu masih pake departemen, belum kemetrian). Sebenernya yang paling memperngaruhi gue adalah pidato dari Menteri keuangan pada saat itu, Ibu Sri Mulyani, yang persuasif. Haha. Tapi, cita-cita ini buyar setelah gue melihat-lihat soal-soal seleksi masuk STAN. Gue cukup realistis untuk mengakui kepinteran gue nggak sampe disitu. Bagaikan prajurit yang kalah sebelum berperang, gue memilih mundur sebelum maju.
Cita-cita gue yang terakhir, yang sekarang sedang gue kejar dan usahakan, adalah menjadi seorang diplomat. Gue memutuskan ingin menjadi diplomat ketika gue belajar kewarganegaraan kelas 2 SMA mengenai hubungan Internasional. Waktu guru gue menjelaskan soal ini, gue langsung tau, this is what i wanted in my life. Ini yang sesuai dengan impian gue. Gue suka politik dan gue suka tinggal diluar negeri. Dan ini kombinasi keduanya. Gue sempet kepikiran gue pengen jadi diplomat sambil buka katering, karena memasak juga merupakan salah satu passion gue. Nggak tau juga sih gue bisa apa enggak haha.
Well. gue harap cita-cita yang satu ini bener-bener merupakan cita-cita gue dan akhirnya bisa kekejar sama gue. Semoga gue nggak termanipulasi dengan prfesi profesi yang lain lagi dan bikin gue galau :p
:D:D:D
Cita-cita gue mulai berubah semenjak gue SMP. Ceritanya udah mulai menemukan diri dan mulai kritis dan realistis. Gue nggak lagi pengen menjadi seorang dokter. Hal ini disebabkan karena gue males sekolahnya kelamaan. Gue menyaksikan sendiri dengan mata kaki gue perjuangan kedua kakak gue meraih sarjana kedokteran, kemudian dilantik jadi dokter, udah gitu PTT, terus ngambil PPDS (buat jadi spesialis) dan seterusnya. Nyokap gue juga yang walaupun udah sub spesialis, masih aja belajar buat ujian sertifikasi inilah itulah dan sebaginya. Ditambah, gue nggak kuat ngelihat buku-buku di perpustakaan di rumah, kebanyakan buku kedokteran tentunya, yang tebalnya bisa dipake buat ngelempar maling dan berbahasa latin.
Pergantian cita-cita pertama gue itu dimulai waktu cici (kakak cewek) gue langganan majalah mengenai interior rumah. At that point, gue pengen jadi design interior karena gue pengen ngatur-ngatur interior rumah.
Saat kelas 2 SMP gue diutus mengikuti lomba jurnalis. Karena gue juara, gue dikasih kesempatan magang jadi jurnalis cilik, dan nulis berita buat sebuah koran lokal di daerah gue. Pada titik ini, gue pengen banget besar nanti gue jadi seorang jurnalis. Tapi cita-cita ini nggak bertahan lama.
Datang mengganti keinginan buat jadi graphic designer. Ini karena ada sodara cici ipar gue yang baru lulus kuliah, dan dia ngambil jurusan desaign grafis. Berhubung gue besarnya di kampung yang perguruan tingginya cuma ada jurusan-jurusan yang mainstream, menurut gue jadi graphic designer itu keren.
Keinginan ini ngebuat gue jadi suka belajar tentang fotografi, edit foto, dan sebagainya. Gue mulai sering beli buku mengenai edit foto dan mulai mengaplikasikannya di rumah. Waktu luang gue pun sering gue abisin di depan komputer, belajar buat ngedit foto.
Kelas 3 SMP, gue disuruh ikut lomba debat tingkat kota. Lomba debat ini yang ngadain sebuah LSM lingkungan hidup. Temanya juga mengenai lingkungan hidup. Pada tahap ini, gue tiba-tiba menjadi seorang pecinta lingkungan dan akhirnya bercita-cita suatu saat nanti gue harus jadi aktivis lingkungan. Well, gue emang nggak melanjutkan cita-cita gue yang satu ini. Tapi sampai sekarang karena ini, gue jadi terbiasa "mencintai" lingkungan gue dengan melakukan hal yang paling sederhana, buang sampah pada tempatnya.
Waktu gue SMA, gue diikut sertakan dalam banyak lomba. Ada 2 yang tingkat nasional, sisanya tingkat provinsi atau cuma sampe kota.
Tapi yang mempengaruhi cita-cita gue ada beberapa.
Yang pertama adalah pada kelas 1 SMA gue diikutsertakan dalam lomba Cerdas Cermat Undang-Undang Dasar. Hal ini membuat gue bercita-cita untuk lolos tingkat nasional dan mengunjungi gedung MPR. Selain itu, gue juga jadi pengen jadi ahli hukum tata negara. Supaya gue bisa lebih memahami mengenai Undang-undang Dasar. Lagi-lagi, gue terpengaruh dengan materi lomba yang gue ikuti.
Kelas 2 SMA, gue diutus dalam lomba debat mengenai APBN. Gue dan tim gue berhasil menjadi wakil provinsi gue di tingkat nasional. Ini membuat gue dan team-mate gue bolak balik ke kantor pajak lah, ke kantor anggaran dan sebagainya buat materi. Pada tahap ini, gue pengen banget bisa masuk STAN dan bekerja untuk Departemen Keuangan (pada saat itu masih pake departemen, belum kemetrian). Sebenernya yang paling memperngaruhi gue adalah pidato dari Menteri keuangan pada saat itu, Ibu Sri Mulyani, yang persuasif. Haha. Tapi, cita-cita ini buyar setelah gue melihat-lihat soal-soal seleksi masuk STAN. Gue cukup realistis untuk mengakui kepinteran gue nggak sampe disitu. Bagaikan prajurit yang kalah sebelum berperang, gue memilih mundur sebelum maju.
Cita-cita gue yang terakhir, yang sekarang sedang gue kejar dan usahakan, adalah menjadi seorang diplomat. Gue memutuskan ingin menjadi diplomat ketika gue belajar kewarganegaraan kelas 2 SMA mengenai hubungan Internasional. Waktu guru gue menjelaskan soal ini, gue langsung tau, this is what i wanted in my life. Ini yang sesuai dengan impian gue. Gue suka politik dan gue suka tinggal diluar negeri. Dan ini kombinasi keduanya. Gue sempet kepikiran gue pengen jadi diplomat sambil buka katering, karena memasak juga merupakan salah satu passion gue. Nggak tau juga sih gue bisa apa enggak haha.
Well. gue harap cita-cita yang satu ini bener-bener merupakan cita-cita gue dan akhirnya bisa kekejar sama gue. Semoga gue nggak termanipulasi dengan prfesi profesi yang lain lagi dan bikin gue galau :p
:D:D:D
ternyata inilah asal usul "kalimat penyabut nyawa" yg gw baca dri foto2 fb lu mol ... hahah secara ikut lomba debat dan menulis ...
ReplyDeleteuntung kaga merangkai bunga yah mol ... bisa bisa jadi ahli tanaman ntar :)
Hahaha kaga juga coy. Wah. bakat gue kebetulan di mulut doang. Bakat ngomong. Kalo yang menyangkut keindahan gitu-gitu soale kayaknbya gue ga bakat deh. haha
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete