My silly experimentations

Anak-anak yang suka penasaran sama sesuatu atau cara kerja sesuatu itu sering dibilang pinter sama orang-orang. Karena mungkin, later then, that kid could figure out about something, or even problem solving.

Ga perlu dijelaskan lagi kali ya kalo gue itu punya rasa penasaran yang tinggi dan suka berkesperimen like a scientist. Well, you guys already know that. You guys already know where it came from anway :D (buat yang belom tau, please read this)

Before, gue telah membagikan hasil-hasil eksperimen gue yang berhasil ke elo semua. Sekarang, in this post, gue bakalan membagikan pengalaman dari eksperimen-eksperimen gue yang, well, bukannya nggak berhasil. Berhasil sih. Cuma ya bisa dibilang rada bodoh eksperimen gue. Dan mungkin lu bakalan berkata "you don't say" atau "no sh*t" pas membaca kesimpulan eksperimen-ekperimen gue ini. 

My first silly experimentation itu adalah pas gue masih younger and dumber. Ya namanya juga anak kecil, masih dalam proses pembelajaran. Kalo kata salah satu deterjen kan kalo nggak ada noda ya nggak belajar to. 

Waktu itu gue lagi mainan kertas sama staples. Jadi gue ceritanya lagi ngecetek-cetekin kertas (syukur ga ketahuan mama gue kalo gue wasting staples dan kertas). All of the sudden, gue mendapatkan sebuah ilham yang entah muncul dari mana. I wondered, "kalo misalnya gue nge-staples tangan gue, bisa nggak ya? Bakalan nembus ke daging nggak ya?" 

Well, what a crazy stupid thinking dan jelas-jelas seharusnya tidak perlu dibuktikan. But you guys know me very well, don't you. 

Kemudian, sesuai dengan yang kalian prediksikan, gue men-staples jari telunjuk gue dan dari situ bisa gue konklusikan bahwa; Ya, staples bisa menembus daging. Dan it hurts like hell. 

I paid the price of my curiosity, or my stupidity. Whatever. In my defense, ya kalo gue nggak mencoba mungkin saja gue nggak bakal tau sampe sekarang kan. 

Gue kemudian nangis kenceng banget. Kemudian mama gue dateng-dateng nanya kenapa. Gue bilang tangan gue ke staples. Trus mama gue nanaya kok bisa? Gue dengan polosnya menjawab "abis ade penasaran mau cobain kalo staples tangan itu bisa apa enggak" 

Gue yakin pada saat itu mama gue nangis dalem hati mikirin "anak gue kok bisa retard begini ya. Apa salah dan dosa gue" Haha (didramatisir untuk kepentingan hiburan semata)

And FYI guys, gue pernah nge-staples jari gue sendiri lagi. Bukan, bukan karena gue wondered bisa nembus daging lagi atau engga. Tapi karena gue penasaran, ini staples masih ada isinya nggak ya. Therefore, gue nyobain di jari gue. Well... :|

Yang kedua adalah pada waktu gue lagi telponan sama temen gue. Di deket telpon rumah gue kan itu ada colokan. Dan lo ngerti kan gimana betenya lo telponan pake telpon rumah, which makes you kudu stay disitu selama ditelpon. Dan lo ngerti kan gimana lamanya remaja cewek kalo telponan. 

Untuk mengatasi keboringan gue, gue kemudian mainan pulpen yang pantatnya bisa diteken-teken itu loh supaya matanya keluar (cukup deskriptif nggak gue? Pada bayangin pulpen kan).

Tiba-tiba, entah darimana gue dapet ilham lagi. Mungkin dipengaruhi oleh pelajaran Fisika kali ya. Gue penasaran apakah pulpen itu sebuah konduktor listrik (benda yang menghantarkan arus listrik) atau bukan. Gue kemudian memasukan kepala pulpen itu kedalam salah satu lubang colokan dan kemudian menekan pantat pulpen itu sehingga mata pulpen yang dari besi itu masuk lebih dalam ke lubang colokan. 

Kesimpulan yang dapat gue tarik dari ekspermen ini adalah; Ya, pulpen (apalagi yang terbuat dari besi) adalah konduktor. Apalagi kalo pulpennya dimasukkan kedalam lubang colokan dan matanya dikeluarkan. 

Yang terakhir, which is happen recently adalah pas waktu gue lagi sakit tenggorokan. Ceritanya tenggorokan gue rada gatel dan panas gitu kan. Dan di kosan gue kebetulan ada balsem g*liga. Terinspirasi dari nenek-nenek yang gue kenal yang kalo udah mulai batuk ngegosokin minyak angin ato balsem ke leher, gue kemudian mengambil balsem gue dan kemudian menggosokannya di leher gue. Gue tau sih g*liga itu sebenernya balsem buat otot gitu. Gue tau juga itu iklannya yang panas nya mantab atau ya semacam itulah. Tapi coy asal lo tau, pas gue gosokin di leher gue itu kaga ada rasa panas sama sekali. Gue kemudian mikir "ah iklan ga bener. Apaan ini udah pake gini banyak nggak panas sama sekali" 

Gue kemudian ngambil balsemnya banyak banget dan gosokin lagi di leher gue. Semenit kemudian, leher gue berasa kayak kebakar. Man, it burns like hell! Ternyata panasnya nggak langsung kerasa, tapi nunggu beberapa saat dulu baru panasnya berasa. Gue bingung gimana ilangin panasnya. Begonya lagi, gue basuh pake air dong buat supaya balsemnya ilang. Which makes it even worse :'(. My excuse is, gue nggak pernah pake yang namanya balsem seumur hidup gue. How should I know?

 Gue sampe nangis nangis ngehapusin balsemnya pake tissue. Akhirnya nggak lama balsemnya ilang panasnya.

Well, lessons are learned.

:D :D :D

p.s. 

gue menerima dan sangat menghargai saran teman-teman mengenai penambahan foto atau gambar pada setiap post gue. Tapi untuk post ini gue minta ijin untuk teks saja ya. Masa gue harus rekonstruksi TKP setiap eskperimen gue sih demi memuaskan mata elu.