Gue berasal dari keluarga yang strict. Gue berasal dari keluarga yang idealis. Mama dan kakak-kakak gue itu adalah type orang yang jika mereka ngomong A, ya A. Nggak ada kemungkinan kita bisa ngerubah itu menjadi B, apalagi C.
Sekarang gue adalah seorang mahasiswa ilmu politik. Yang artinya jika gue sesuai dengan track gue, dan nantinya bekerja sesuai dengan gelar gue, gue akan menjadi seorang politisi.
Di negeri kita yang tercinta ini, setiap kali kita menonton berita di tv, pasti ada berita tentang korupsi. Belum selesai sebuah kasus diungkap, sudah muncul kasus korupsi yang baru lagi. Gue nggak ngerti kenapa orang-orang pada rame-rame korupsi. Apa alesannya sama kayak waktu dulu orang jadi berbondong-bondong membeli dan memakai jeans, karena terjadi westernisasi? Mungkin pernah kali ya dalam satu periode, di negara ini terjadi korupsisasi* (kalo gue belajar bahasa Indonesia sih, kata yang berakhiran isasi itu artinya proses. Dalam hal ini jadinya proses penyebaran ajaran korupsi) yang membuat orang-orang berbondong-bondong melakukan tindakan korupsi. Nggak semua memang yang ikut-ikutan trend korupsi ini. Cuma mereka yang tersapu arus korupsisasi aja. Nah yang gue bingungkan adalah, jika westernisasi terjadi melalui media televisi, lantas media yang membantu korupsiasasi -jika pernah terjadi- itu apa?
Kasus-kasus korupsi, suap segala macam ini banyak menyeret nama politisi-politisi kondang di negara ini. Mereka yang punya akses terhadap uang negara, uang rakyat, yang dipercayakan kepada mereka supaya bisa diolah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal inilah yang kemudian, menurut gue, menjadikan rakyat skeptis kepada pemerintah dan menjadi tidak percaya kepada politisi.
Ini pula yang menjadi ketakutan terbesar gue, a politician in the making. Gue sendiri mempunyai prinsip yang idealis dan tidak akan melakukan tindakan korupsi. Tapi bagaimana kalau gue terpengaruh dengan lingkungan, kemudian gue tergoda, dan akhirnya gue mengkhianati idealisme gue sendiri.
Ini pula yang menjadi ketakutan terbesar gue, a politician in the making. Gue sendiri mempunyai prinsip yang idealis dan tidak akan melakukan tindakan korupsi. Tapi bagaimana kalau gue terpengaruh dengan lingkungan, kemudian gue tergoda, dan akhirnya gue mengkhianati idealisme gue sendiri.
Seseorang yang baru lulus kuliah dan baru mulai masuk ke dalam dunia pekerjaan itu seperti bayi yang baru lahir, polos dan tanpa dosa. Setiap sarjana muda yang baru mau melangkah ke dunia pekerjaan pasti membawa idealisme mereka masing-masing yang berkembang selama mereka berada di perguruan tinggi. Semua sarjana ilmu politik pasti mempunyai mimpi ingin mengubah sistem politik negeri ini yang sudah tercemar dengan korupsi. Tidak ada dari mereka yang bercita-cita untuk melakukan korupsi. Malah mungkin mereka adalah satu dari mahasiswa yang vokal menyerukan arti korupsi.
Jika kita ingin mengubah suatu sistem, memang kita harus menjadi bagian dari suatu sisten tersebut agar bisa merubahnya dari dalam. Tetapi, prinsip kita harus benar-benar teguh dan kokoh. Kalau tidak, seumpama kita berjalan melawan arah angin yang bertiup kencang, jika kita tidak kuat atau berdiri kokoh, kita bisa saja terbawa oleh angin tersebut. Alih - alih berhasil merubah sistem, kita malah turn into the monster that we hated so much.
Itulah yang gue takutkan. Gue sebagai seekor domba yang masuk ke kandang yang penuh serigala. Pilihan gue hanyalah dua, dimakan serigala-serigala tersebut karena tetap menjadi domba, atau kita ikut juga menjadi serigala.
Itulah yang gue takutkan. Gue sebagai seekor domba yang masuk ke kandang yang penuh serigala. Pilihan gue hanyalah dua, dimakan serigala-serigala tersebut karena tetap menjadi domba, atau kita ikut juga menjadi serigala.
Well, gue nggak akan mau mengkhianati prinsip dan idealisme gue sendiri. Mengecewakan diri gue sendiri. Mungkin gue bisa memakai alternatif ketiga, bertingkah seperti serigala hanya di depan serigala, tapi sebenarnya di dalam kostum serigala gue, gue masihlah seekor domba yang putih polos. Semoga aja.
:D:D:D
'bertingkah seperti serigala hanya di
ReplyDeletedepan serigala, tapi sebenarnya di dalam kostum serigala gue,
gue masihlah seekor domba yang putih polos'
menarik nih berpura2 menjadi serigala..
walaupun jadi muncul pertanyaan2 batu yang muncul.
hahaha iye. bukannya bersikap munafik tapi ya. tapi do the thing you can to survive. maksudnya adalah di depan mereka ya lu ikutin kata mereka, tapi yang penting lu masih pegang idealisme lu
ReplyDelete